Full Day School (FDS)
menjadi problematika baru yang hangat dibicarakan di dalam dunia pendidikan
sekarang ini. Kebijakan FDS yang dibuat kementrian pendidikan dan kebudayaan harapannya
akan mampu memberikan warna baru di dunia pendidikan untuk membangun sumber
daya manusia yang berkarakter, mandiri, dan berintegritas. Namun kebijakan
tersebut jelas tidak akan berjalan secara maksimal jika diterapkan secara merata untuk sekolah formal yang ada di seluruh indonesia. Kita
sadar pemenuhan akan sarana dan prasarana di masing-masing sekolah masih banyak
yang belum terealisasi secara menyeluruh dari kota sampai ke desa, ditambah tenaga
pendidik yang terampil dan kreatif masih sulit ditemukan, sehingga hal ini akan
menjadi problem utama yang akan menghambat perkembangan dan kemajuan peserta
didik itu sendiri. Penerapan Full Day school juga akan berdampak kepada
pengetahuan anak-anak terhadap kebutuhan agamanya (islam) akan semakin
terbelakang.
Tidak menutup kemungkinan pemahaman dan tindakan anak-anak akan menjadi sumber lahirnya gerakan radikal karena hilang kesempatan anak-anak untuk menambah ilmu agama di sore hari yang biasa dilakukan di masyarak indonesia. Kebutuhan dalam beragama secara batiniyah sudah menjadi suatu keharusan yang tidak bisa kita pungkiri sebagai insan yang lemah. Nilai-nilai di dalam agama sangat berperan penting dalam membentuk karakter setiap manusia. Kita hidup didunia ini bukan untuk mencari kesenangan duniawi, karena kehidupan dunia ini hanya sebagai persinggahan sementara sebelum sampai kepada kehidupan yang benar-benar abadi. Kalau kita belajar kepada konsep pendidikan Madrasah Diniyah (Madin) yang secara pengetahuan dan kualitas pendidikan sangat membantu dalam menyeimbangan anatara pengetahuan tentang keduniawian dengan kehidupan pasca itu. Bahkan salah satu tujuan di gagasnya madin untuk menangkal pehaman-pehaman radikal yang bekembang di Indonesia sendiri. Mungkin sebagian wilayah di pulau jawa bisa saja untuk diterapkannya kebijakan (FDS), karena memang secara fasilitas dan struktur sosial di masyarakat perkotaan mendukun. Tapi bagaimana dengan daerah-daerah yang secara mendasar kebutahan dasarnya sendiri belum terpenuhi, tentu hal ini akan berdampak buruk terhadap wajah pendidikan indoneia dan perkembangan peserta didik itu sendiri. Menurut hemat saya bukan jamnya yang ditambah tapi kualitas pendidikannya yang harus terus ditingkatkan. Kalau kita berkaca dengan konsep pendidikan yang ada di Finlandia tentu akan berbanding terbalik dengan pendidikan formal yang ada di indonesia. Finlandia sudah membuktikan menjadi salah satu negara maju yang jam belajarnya paling singkat namun mampu menjadi pendidikan terbaik di dunia. Pada tahun 2006 murid finlandia mencatat prestasi rata-rata tertinggi dibidang sains dan membaca di jajaran negara maju. Nah, ini membuktikan bahwa kesempatan anak-anak itu untuk belajar di sekolah formal tidak harus terlalu lama, karena lamanya di sekolah tidak akan pernah menjamin menambah kualitas anak malah akan semakin menurunkan kualitas anak. (IR)
Tidak menutup kemungkinan pemahaman dan tindakan anak-anak akan menjadi sumber lahirnya gerakan radikal karena hilang kesempatan anak-anak untuk menambah ilmu agama di sore hari yang biasa dilakukan di masyarak indonesia. Kebutuhan dalam beragama secara batiniyah sudah menjadi suatu keharusan yang tidak bisa kita pungkiri sebagai insan yang lemah. Nilai-nilai di dalam agama sangat berperan penting dalam membentuk karakter setiap manusia. Kita hidup didunia ini bukan untuk mencari kesenangan duniawi, karena kehidupan dunia ini hanya sebagai persinggahan sementara sebelum sampai kepada kehidupan yang benar-benar abadi. Kalau kita belajar kepada konsep pendidikan Madrasah Diniyah (Madin) yang secara pengetahuan dan kualitas pendidikan sangat membantu dalam menyeimbangan anatara pengetahuan tentang keduniawian dengan kehidupan pasca itu. Bahkan salah satu tujuan di gagasnya madin untuk menangkal pehaman-pehaman radikal yang bekembang di Indonesia sendiri. Mungkin sebagian wilayah di pulau jawa bisa saja untuk diterapkannya kebijakan (FDS), karena memang secara fasilitas dan struktur sosial di masyarakat perkotaan mendukun. Tapi bagaimana dengan daerah-daerah yang secara mendasar kebutahan dasarnya sendiri belum terpenuhi, tentu hal ini akan berdampak buruk terhadap wajah pendidikan indoneia dan perkembangan peserta didik itu sendiri. Menurut hemat saya bukan jamnya yang ditambah tapi kualitas pendidikannya yang harus terus ditingkatkan. Kalau kita berkaca dengan konsep pendidikan yang ada di Finlandia tentu akan berbanding terbalik dengan pendidikan formal yang ada di indonesia. Finlandia sudah membuktikan menjadi salah satu negara maju yang jam belajarnya paling singkat namun mampu menjadi pendidikan terbaik di dunia. Pada tahun 2006 murid finlandia mencatat prestasi rata-rata tertinggi dibidang sains dan membaca di jajaran negara maju. Nah, ini membuktikan bahwa kesempatan anak-anak itu untuk belajar di sekolah formal tidak harus terlalu lama, karena lamanya di sekolah tidak akan pernah menjamin menambah kualitas anak malah akan semakin menurunkan kualitas anak. (IR)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar