RIDHO
MAKALAH
Di
susun untuk memenuhi salah satu tugas
mata
kuliah Ilmu Tasawuf
Disusun Oleh:
Nama : Irwansyah
NIM : 15.01.0005
Nama : Anita Gunasari
NIM : -
Dosen : Mustajib Daraioni,
M.Pd
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
JURUSAN TARBIAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
(STAI) SANGATTA
2016
KATA
PENGANTAR
Segala puji bagi Allah
SWT yang telah memberikan Rahmat dan
Hidayah-Nya kepada kita semua. Salam sejahtera semoga tetap senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah menuntukan kita menuju jalan kebenaran.
Hidayah-Nya kepada kita semua. Salam sejahtera semoga tetap senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah menuntukan kita menuju jalan kebenaran.
Alhamdulillah, kami
telah menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul “ Ridha” yang disusun untuk memenuhi tugas bidang studi “Ilmu Tasawuf” tahun akademik 2016.
berjudul “ Ridha” yang disusun untuk memenuhi tugas bidang studi “Ilmu Tasawuf” tahun akademik 2016.
Saya ucapkan
terimakasih kepada teman-teman yang sudah membantu dalam menyelesaikan makalah
ini. Makalah ini tidak lepas dari segala kekurangan, karena mengingat pengalaman
dan pengetahuan kami yang sangat terbatas.
Oleh karena itu, kami tidak menutupi
diri dari segala saran dan kritik dari pembaca untuk menyempurnakan makalah
ini. Dan semoga makalah ini dapat berguna kepada para pembaca sekalian dan terlebih khusus kepada diri kami sendiri.
Sangatta, 3 September
2016
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ......................................................................................... 1
DAFTAR ISI ......................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 3
A.
Latar
Belakang................................................................................ 3
B.
Rumusan
Masalah........................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN................................................................................. 5
A.
Definisi
Ridha................................................................................. 5
B.
Sikap
– Sikap Ridha ....................................................................... 6
C.
Karekteristik
Sikap Ridha............................................................... 7
D.
Macam-Macam Ridha..................................................................... 7
E.
Tingkat Ridha ............................................................................... 10
BAB III PENUTUP......................................................................................... 11
A.
Kesimpulan.................................................................................... 11
B.
Saran.............................................................................................. 12
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Seiring berjalannya waktu pengertian dan pemahaman
orang tentang Ridha itu sangat beraneka ragam, ada juga yang bahkan tidak tahu
makna dari ridha itu sendiri apa, dan ada pula yang tau makna ridha yang
sebenarnya, tetapi tidak mengamalkannya dalam kehidupan.
Menurut kamus besar Indonesia, ridha diartikan rela,
suka, dan senang hati. sedangkan menurut bahasa adalah ketetapan hati untuk
menerima segala keputusan yang sudah ditetapkan dan ridha merupakan akhihttps://draft.blogger.com/blogger.g?blogID=7356198928195149298#editor/target=post;postID=7225634450272622634r dari
semua keinginan dan harapan yang baik .
Ridha Allah adalah dambaan setiap muslim yang
menyadari bahwa itulah harta termahal yang pantas diperebutkan oleh manusia.
Tanpa ridha Allah, hidup seorang insan akan hampa, kering, tidak dapat merasakan nikmat atas segala apa
yang telah ada di genggaman kita,bermacam masalah silih berganti menyertai
hidup kita. Harta berlimpah, makanan berlebih namun ketika tidak ada ridha dari
Allah SWT ,semua menjadi hambar. Tidak tahu kemana tujuan hidup, merasa bosan
dengan keadaan, hari terasa berlalu begitu cepat, namun tanpa disertai dengan
perubahan kebaikan hari demi hari. Lalu apa sebenarnya ridha Allah? Allah
berfirman :
Maka berikanlah haknya kepada kerabat dekat, juga
kepada orang miskin dan orang-orang yang dalam perjalananan.Itulah yang lebih
baik bagi orang yang mencari keridhaan Allah SWT. Dan mereka itulah orang-orang
yang beruntung. Ar-Rum: 38.
Telah dijelaskan pada firman Allah di atas, yaitu
memberikan haknya kerabat dekat, hak orang miskin,hak orang yang sedang dalam
perjalanan. Itulah sebagian cara yang ditunjukkan Allah pada kita untuk
mendapatkan ridha-Nya disamping kita wajib selalu bertaqwa pada-Nya, istiqomah
dalam ibadah, dan masih banyak lagi yang bisa mengundang Rahmat-Nya bukan
justru mendatangkankan murka-Nya.
Dengan mengetahui perngertian dan pemahaman tentang
ridha, kita akan selalu mengingat Allah karena apa yang kita lakukan ingin
mendapatka ridha Allah SWT dan kita akan semakin tahu apa yang harus kita
lakukan untuk mendapatkan ridha Allah SWT.
B.
Rumusan Masalah
1.
Mendeskripsikan Definisi Ridha
2.
Mendeskripsikan Sikap-Sikap Ridha
3.
Mendeskripsikan Ridha dan
Pembagiannya.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Definisi Ridha
Ridha berasal dari bahasa arab, radiya
yang artinya senang hati (rela).
Menurut
kamus besar Indonesia, ridha artinya rela, suka, dan senang hati. sedangkan menurut
bahasa adalah ketetapan hati untuk menerima segala keputusan yang sudah
ditetapkan dan ridha merupakan akhir dari semua keinginan dan harapan yang baik
.
Ridha menurut syariah adalah menerima
dengan senang hati atas segala yang diberikan Allah swt, baik berupa hukum
(peraturan-peraturan) maupun ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan Allah
SWT. Sikap ridho harus ditunjukkan, baik ketika menerima nikmat maupun tatkala
ditimpa musibah.
Begitu tingginya keutamaan ridha, hingga ulama salaf
mengatakan, tidak akan tampak di akhirat derajat yang tertinggi daripada
orang-orang yang senantiasa ridha kepada Allah SWT. dalam situasi apapun (Hikmah,
Republika, Senin 5 Februari 2007, Nomor: 032/Tahun ke 15)
Kebanyakan manusia merasa sukar atau
gelisah ketika menerima keadaan yang menimpa dirinya, seperti kemiskinan,
kerugian, kehilangan barang, pangkat, kedudukan, kematian anggota keluarganya, dan
lain-lain, kecuali orang yang mempunyai sifat ridha terhadap takdir. Orang yang
memiliki sifat ridha tidak mudah bimbang atau kecewa atas pengorbanan yang
dilakukannya. Seorang insan tidak akan menyesal
dengan kehidupan yang diberikan Allah SWT dan tidak iri hati atas kelebihan
yang didapat orang lain, karena yakin bahwa semua itu berasal dari Allah SWT.
Sedangkan kewajibannya adalah berusaha
atau berikhtiar dengan kemampuan yang ada. Ridho terhadap takdir bukan berarti
menyerah atau pasrah tanpa usaha. Menyerah dan berputus asa tidak dibenarkan oleh
ajaran Islam. Allah SWT memberikan
cobaan atau ujian dalam rangka menguji keimanan dan ketakwaan hamba-Nya.
B.
Sikap Ridha Dapat Ditunjukkan Melalui Ciri-ciri Sebagai Berikut :
a.
Sabar dalam
melaksanakan kewajiban hingga selesai dengan kesungguhan usaha atau ikhtiar dan
penuh tanggung jawab.
b.
Senantiasa mengingat
Allah SWT dan tetap melaksanakan shalat dengan kusyuk.
c.
Tidak iri hati atas
kekurangan atau kelebihan orang lain dan tidak ria untuk dikagumi hasil
usahanya.
d.
Senantiasa bersyukur
atau berterima kasih kepada Allah SWT atas
segala nikmat pemberian-Nya. Hal tersebut adalah upaya untuk mencapai tingkat tertinggi
dalam perbaikan akhlak.
e.
Tetap beramal saleh
(berbuat baik) kepada sesama sesuai dengan keadaan dan kemampuan, seperti aktif
dalam kegiatan sosial, kerja bakti, dan membantu orangtua dalam menyelesaikan
pekerjaan mereka.
f.
Menunjukkan kerelaan
atau ridha terhadap diri sendiri dan Allah SWT dan Juga ridha terhadap kehidupan, terhadap
takdir yang berbentuk nikmat maupun musibah, dan terhadap perolehan rezeki atau
karunia Allah SWT.
C.
Karekteristik Sikap Ridha
Apabila sebagian pendapat para ahli hikmah, ridha
dikelompokan menjadi tiga tingkatan, yaitu ridha kepada Allah SWT, ridha pada
apa yang datang dari Alalah SWT, dan ridha pada qada Allah SWT.
Rida kepada Allah SWT adalah fardu ain. Rida pada apa
yang datang dari Allah meskipun merupakan sesuatu yang sangat luhur, hal ini
termasuk ubudiah yang sangat mulia.
Sesungguhnya pilihan Allah untuk hamba-Nya dibagi dua macam yaitu:
pertama, ikhtiar ad-din wa syar’I (pilihan keagamaan dan syariat). kedua,
ikhtiarr kauni kadari (pilihan yang berkenaan dengan alam dan takdir). Takdir
yang tidak dicintai dan diridhai Allah yaitu perbuatan aib dan dosa-dosa.
D.
Macam-Macam Ridha :
a.
Ridha
terhadap perintah dan larangan Allah
Artinya ridha untuk mentaati Allah dan Rasulnya.
Pada hakikatnya seseorang yang telah mengucapkan dua kalimat syahadat, dapat
diartikan sebagai pernyataan ridha terhadap semua nilai dan syari’ah Islam.
Perhatikan firman Allah dalam Q.S. al-Bayyinah : 8
Artinya : Balasan mereka di sisi Tuhan mereka ialah
syurga 'Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya
selama-lamanya. Allah ridha terhadap mereka dan merekapun ridha kepadanya. Yang
demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada Tuhannya.
(Q.S.al-Bayyinah ayat 8 )
Dari ayat tersebut dapat dihayati, jika kita
ridha terhadap perintah Allah maka Allah pun ridha terhadap kita.
b.
Ridha
Terhadap Taqdir Allah.
Artinya segala apapun
yang Allah berikan kepada hamba-Nya baik maupun buruk, senang maupun
tidak senang sebagai seorang hamba menerima dengan penuh keikhlasan. Ada dua
sikap utama bagi seseorang ketika dia tertimpa sesuatu yang tidak diinginkan
yaitu ridha dan sabar.
Ridha merupakan keutamaan yang dianjurkan, sedangkan
sabar adalah keharusan dan kemestian yang perlu dilakukan oleh seorang
muslim Perbedaan antara sabar dan ridha adalah sabar merupakan perilaku
menahan nafsu dan mengekangnya dari kebencian, sekalipun menyakitkan dan
mengharap akan segera berlalunya musibah.
Sedangkan ridha adalah kelapangan jiwa dalam menerima
taqdir Allah swt. Dan menjadikan ridha sendiri sebagai penawarnya. Sebab
didalam hatinya selalu tertanam sangkaan baik (Husnuzan) terhadap sang Khaliq
bagi orang yang ridha ujian adalah pembangkit semangat untuk semakin dekat
kepada Allah, dan semakin bermunajab kepada Allah SWT.
Dalam suatu kisah Abu Darda pernah melayat pada sebuah
keluarga, yang salah satu anggota keluarganya meninggal dunia. Keluarga itu
ridha dan tabah serta memuji Allah SWT. Abu Darda berkata kepada. “Engkau benar, sesungguhnya
sangat senang, jika takdir-Nya dapat diterima dengan rela atau ridha.
c.
Ridha Terhadap
perintah orang Tua.
Ridha terhadap perintah orang tua merupakan salah satu
bentuk ketaatan kita kepada Allah SWT,karena keridhaan Allah tergantung pada
keridhaan orang tua, perintah Allah dalam Q.S. Luqman 31 ayat 14
وَوَصَّيْنَا
الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْنًا عَلَىٰ وَهْنٍ وَفِصَالُهُ
فِي عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ
Artinya : “ Dan Kami perintahkan kepada manusia
(berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam
Keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun.
bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah
kembalimu.Q.S. Luqman :14
Bahkan Rasulullah bersabda : “Keridhaan Allah
tergantung keridhaan orang tua, dan murka Allah tergantung murka orang tua”.
Begitulah tingginya nilai ridha orang tua dalam kehidupan kita, sehingga untuk
mendapatkan keridhaan dari Allah, harus mempersyaratkan adanya keridhaan dari orang
tua. Ingatlah kisah Juraij, walaupun beliau ahli ibadah, ia mendapat murka
Allah karena ibunya tersinggung ketika ia tidak menghiraukan panggilan ibunya.
d.
Ridha
terhadap peraturan dan undang-undang negara
Mentaati peraturan yang belaku merupakan bagian dari
ajaran Islam dan merupakan salah satu bentuk ketaatan kepada Allah swt. karena
dengan demikian akan menjamin keteraturan dan ketertiban sosial. Mari kita
hayati firman Allah dalam Q.S. an-Nisa 4 ayat 59 berikut :
يَا أَيُّهَا
الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ
مِنْكُمْ ۖ فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ
وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ ۚ ذَٰلِكَ
خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا
Artinya : “ Hai orang-orang yang beriman, taatilah
Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika
kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al
Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan
hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik
akibatnya.( Q.S. an-Nisa :59)
Ulil Amri artinya orang-orang yang diberi kewenangan,
seperti ulama dan umara (Ulama dan pemerintah). Ulama dengan fatwa dan nasehatnya
sedangkan umara dengan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku.
Termasuk dalam ridha terhadap
peraturan dan undang-undang negara adalah ridha terhadap peraturan sekolah,
karena dengan sikap demikian, berarti membantu diri sendiri, orang tua, guru
dan sekolah dalam mencapai tujuan pendidikan. Dengan demikian mempersiapkan
diri menjadi kader bangsa yang tangguh.
E.
Tingkatan
Ridha
1.
Ridhâ
al-muhsinin
Relanya seseorang kepada hukum Allah, tetapi tingkat
ini belum mencapai tingkat rela kepada kesulitan
dan penderitaan.
2.
Ridhâ
al-Syuhadai
Kecintaannya kepada Allah tanpa mengharapkan balasan,
menyebabkan dia rela terhadap hokum dan terhadap segala sesuatu yang
menimpanya.
3.
Ridhâ
al-shiddîqîna
Keasyikannya setiap saat menyatu bersama Allah, dan
terus berusaha naik pada maqam-maqam selanjutnya, sehingga merasakan kenikmatan
bersama Allah apapun yang menimpanya. Ini adalah urusan
al-zauq (perasaan) karena syauq (rindunya) kepada Allah.
al-zauq (perasaan) karena syauq (rindunya) kepada Allah.
4.
Ridhâ
al-muqarrabîn
Relanya orang-orang yang sudah kembali dari al-Haq
kepada
al-Khâliq (Allah SWT.)
al-Khâliq (Allah SWT.)
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Ridha adalah menerima
dengan senang hati atas segala yang diberikan Allah swt, baik berupa hukum
(peraturan-peraturan) maupun ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan-Nya. Sikap
ridha harus ditunjukkan, baik ketika menerima nikmat maupun tatkala ditimpa musibah.
B.
Saran
Untuk
membantu kita dalam memahami pengertian Ridho yang sebenarnya harus kita
pelajari terlebih dahulu lalu kita terapkan dalam kehidupan kita sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Razi, Abi Bakar Ahamad bin Ali,
1335 H, Ahkam Al-Qur’an al-Jassash, Bairut: Dar al-Kitaab al-Arabiy.
Al-Razi, Fahr al-din Muhammad bin
Umar bin Husain, 1998, Al-Mahshul fi’Ilmi Tasawuf, Bairut: Dar al-Kutub
al-Ilmiyah.
Al-Mubarak, Muhammad, 1995, Sistem
Pemerintahan dalam Perspektif Islam Terjemahan. Firman Harianto, Solo, CV.
Pustaka Mantiq.
Rasyid Ridha, Muhammad, t.t., Tafsir Al-Quran al-Karim-Tafsir al-Manar,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar