Sabtu, 03 September 2016

MAKALAH RIDHA

RIDHO


MAKALAH

Di susun untuk memenuhi salah satu tugas
mata kuliah Ilmu Tasawuf
             Disusun Oleh:
                                              Nama  : Irwansyah
                                              NIM    : 15.01.0005
                                              Nama  : Anita Gunasari
                                              NIM    : -
                                              Dosen : Mustajib Daraioni, M.Pd



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
JURUSAN TARBIAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
(STAI) SANGATTA
2016



KATA PENGANTAR


Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan
Hidayah-Nya kepada kita semua. Salam sejahtera  semoga tetap senantiasa dilimpahkan kepada  Nabi Muhammad SAW yang telah menuntukan kita menuju jalan kebenaran.
Alhamdulillah, kami telah menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul “ Ridha”  yang disusun untuk memenuhi tugas bidang studi “Ilmu Tasawuf” tahun akademik  2016.
Saya ucapkan terimakasih kepada teman-teman yang sudah membantu dalam menyelesaikan makalah ini. Makalah ini tidak lepas dari segala kekurangan, karena mengingat pengalaman dan pengetahuan kami yang sangat terbatas.
Oleh karena itu, kami tidak menutupi diri dari segala saran dan kritik dari pembaca untuk menyempurnakan makalah ini. Dan semoga makalah ini dapat berguna kepada para pembaca sekalian  dan terlebih khusus kepada diri kami sendiri.


Sangatta, 3 September  2016



Penyusun



DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR ......................................................................................... 1
DAFTAR ISI ......................................................................................................... 2
BAB I        PENDAHULUAN ............................................................................. 3
A.    Latar Belakang................................................................................ 3
B.    Rumusan Masalah........................................................................... 4
BAB II       PEMBAHASAN................................................................................. 5
A.    Definisi Ridha................................................................................. 5
B.    Sikap – Sikap Ridha ....................................................................... 6
C.    Karekteristik Sikap Ridha............................................................... 7
D.    Macam-Macam Ridha..................................................................... 7
E.     Tingkat Ridha ............................................................................... 10
BAB III     PENUTUP......................................................................................... 11
A.    Kesimpulan.................................................................................... 11
B.    Saran.............................................................................................. 12




BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Seiring berjalannya waktu pengertian dan pemahaman orang tentang Ridha itu sangat beraneka ragam, ada juga yang bahkan tidak tahu makna dari ridha itu sendiri apa, dan ada pula yang tau makna ridha yang sebenarnya, tetapi tidak mengamalkannya dalam kehidupan.
Menurut kamus besar Indonesia, ridha diartikan rela, suka, dan senang hati. sedangkan menurut bahasa adalah ketetapan hati untuk menerima segala keputusan yang sudah ditetapkan dan ridha merupakan akhihttps://draft.blogger.com/blogger.g?blogID=7356198928195149298#editor/target=post;postID=7225634450272622634r dari semua keinginan dan harapan yang baik .
Ridha Allah adalah dambaan setiap muslim yang menyadari bahwa itulah harta termahal yang pantas diperebutkan oleh manusia. Tanpa ridha Allah, hidup seorang insan  akan hampa, kering,  tidak dapat merasakan nikmat atas segala apa yang telah ada di genggaman kita,bermacam masalah silih berganti menyertai hidup kita. Harta berlimpah, makanan berlebih namun ketika tidak ada ridha dari Allah SWT ,semua menjadi hambar. Tidak tahu kemana tujuan hidup, merasa bosan dengan keadaan, hari terasa berlalu begitu cepat, namun tanpa disertai dengan perubahan kebaikan hari demi hari. Lalu apa sebenarnya ridha Allah? Allah berfirman :
Maka berikanlah haknya kepada kerabat dekat, juga kepada orang miskin dan orang-orang yang dalam perjalananan.Itulah yang lebih baik bagi orang yang mencari keridhaan Allah SWT. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung. Ar-Rum: 38.
Telah dijelaskan pada firman Allah di atas, yaitu memberikan haknya kerabat dekat, hak orang miskin,hak orang yang sedang dalam perjalanan. Itulah sebagian cara yang ditunjukkan Allah pada kita untuk mendapatkan ridha-Nya disamping kita wajib selalu bertaqwa pada-Nya, istiqomah dalam ibadah, dan masih banyak lagi yang bisa mengundang Rahmat-Nya bukan justru mendatangkankan murka-Nya.
Dengan mengetahui perngertian dan pemahaman tentang ridha, kita akan selalu mengingat Allah karena apa yang kita lakukan ingin mendapatka ridha Allah SWT dan kita akan semakin tahu apa yang harus kita lakukan untuk mendapatkan ridha Allah SWT.
B.     Rumusan Masalah
1.      Mendeskripsikan Definisi Ridha
2.      Mendeskripsikan Sikap-Sikap Ridha
3.      Mendeskripsikan Ridha dan Pembagiannya.



BAB II
PEMBAHASAN

A.     Definisi Ridha
Ridha berasal dari bahasa arab, radiya yang artinya senang hati (rela).
Menurut kamus besar Indonesia, ridha artinya  rela, suka, dan senang hati. sedangkan menurut bahasa adalah ketetapan hati untuk menerima segala keputusan yang sudah ditetapkan dan ridha merupakan akhir dari semua keinginan dan harapan yang baik .
Ridha menurut syariah adalah menerima dengan senang hati atas segala yang diberikan Allah swt, baik berupa hukum (peraturan-peraturan) maupun ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan Allah SWT. Sikap ridho harus ditunjukkan, baik ketika menerima nikmat maupun tatkala ditimpa musibah.
Begitu tingginya keutamaan ridha, hingga ulama salaf mengatakan, tidak akan tampak di akhirat derajat yang tertinggi daripada orang-orang yang senantiasa ridha kepada Allah SWT. dalam situasi apapun (Hikmah, Republika, Senin 5 Februari 2007, Nomor: 032/Tahun ke 15)
Kebanyakan manusia merasa sukar atau gelisah ketika menerima keadaan yang menimpa dirinya, seperti kemiskinan, kerugian, kehilangan barang, pangkat, kedudukan, kematian anggota keluarganya, dan lain-lain, kecuali orang yang mempunyai sifat ridha terhadap takdir. Orang yang memiliki sifat ridha tidak mudah bimbang atau kecewa atas pengorbanan yang dilakukannya. Seorang insan  tidak akan menyesal dengan kehidupan yang diberikan Allah SWT dan tidak iri hati atas kelebihan yang didapat orang lain, karena yakin bahwa semua itu berasal dari Allah SWT.
Sedangkan kewajibannya adalah berusaha atau berikhtiar dengan kemampuan yang ada. Ridho terhadap takdir bukan berarti menyerah atau pasrah tanpa usaha. Menyerah dan berputus asa tidak dibenarkan oleh ajaran Islam. Allah SWT  memberikan cobaan atau ujian dalam rangka menguji keimanan dan ketakwaan hamba-Nya.

B.     Sikap Ridha Dapat Ditunjukkan Melalui Ciri-ciri Sebagai Berikut :
a.      Sabar dalam melaksanakan kewajiban hingga selesai dengan kesungguhan usaha atau ikhtiar dan penuh tanggung jawab.
b.      Senantiasa mengingat Allah SWT dan tetap melaksanakan shalat dengan kusyuk.
c.      Tidak iri hati atas kekurangan atau kelebihan orang lain dan tidak ria untuk dikagumi hasil usahanya.
d.     Senantiasa bersyukur atau berterima kasih kepada Allah SWT  atas segala nikmat pemberian-Nya. Hal tersebut  adalah upaya untuk mencapai tingkat tertinggi dalam perbaikan akhlak.
e.      Tetap beramal saleh (berbuat baik) kepada sesama sesuai dengan keadaan dan kemampuan, seperti aktif dalam kegiatan sosial, kerja bakti, dan membantu orangtua dalam menyelesaikan pekerjaan mereka.
f.       Menunjukkan kerelaan atau ridha terhadap diri sendiri dan Allah SWT dan  Juga ridha terhadap kehidupan, terhadap takdir yang berbentuk nikmat maupun musibah, dan terhadap perolehan rezeki atau karunia Allah SWT.



C.     Karekteristik Sikap Ridha
Apabila sebagian pendapat para ahli hikmah, ridha dikelompokan menjadi tiga tingkatan, yaitu ridha kepada Allah SWT, ridha pada apa yang datang dari Alalah SWT, dan ridha pada qada Allah SWT.
Rida kepada Allah SWT adalah fardu ain. Rida pada apa yang datang dari Allah meskipun merupakan sesuatu yang sangat luhur, hal ini termasuk ubudiah yang sangat mulia.
Sesungguhnya pilihan Allah  untuk hamba-Nya dibagi dua macam yaitu: pertama, ikhtiar ad-din wa syar’I (pilihan keagamaan dan syariat). kedua, ikhtiarr kauni kadari (pilihan yang berkenaan dengan alam dan takdir). Takdir yang tidak dicintai dan diridhai Allah yaitu perbuatan aib dan dosa-dosa.

D.    Macam-Macam Ridha :
a.      Ridha terhadap perintah dan larangan Allah
 Artinya ridha untuk mentaati Allah dan Rasulnya. Pada hakikatnya seseorang yang telah mengucapkan dua kalimat syahadat, dapat diartikan sebagai pernyataan ridha terhadap semua nilai dan syari’ah Islam. Perhatikan firman Allah dalam Q.S. al-Bayyinah  : 8
Artinya : Balasan mereka di sisi Tuhan mereka ialah syurga 'Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah ridha terhadap mereka dan merekapun ridha kepadanya. Yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada Tuhannya. (Q.S.al-Bayyinah ayat 8 )
 Dari ayat tersebut dapat dihayati, jika kita ridha terhadap perintah Allah maka Allah pun ridha terhadap kita.
b.      Ridha Terhadap Taqdir Allah.
Artinya segala apapun  yang Allah berikan kepada hamba-Nya baik maupun buruk, senang maupun tidak senang sebagai seorang hamba menerima dengan penuh keikhlasan. Ada dua sikap utama bagi seseorang ketika dia tertimpa sesuatu yang tidak diinginkan yaitu ridha dan sabar.
Ridha merupakan keutamaan yang dianjurkan, sedangkan sabar adalah keharusan dan kemestian yang perlu dilakukan oleh seorang muslim Perbedaan antara sabar dan ridha adalah sabar merupakan perilaku menahan nafsu dan mengekangnya dari kebencian, sekalipun menyakitkan dan mengharap akan segera berlalunya musibah.
Sedangkan ridha adalah kelapangan jiwa dalam menerima taqdir Allah swt. Dan menjadikan ridha sendiri sebagai penawarnya. Sebab didalam hatinya selalu tertanam sangkaan baik (Husnuzan) terhadap sang Khaliq bagi orang yang ridha ujian adalah pembangkit semangat untuk semakin dekat kepada Allah, dan semakin bermunajab kepada Allah SWT.
Dalam suatu kisah Abu Darda pernah melayat pada sebuah keluarga, yang salah satu anggota keluarganya meninggal dunia. Keluarga itu ridha dan tabah serta memuji Allah SWT. Abu Darda  berkata kepada. “Engkau benar, sesungguhnya sangat senang, jika takdir-Nya dapat diterima dengan rela atau ridha.  
c.      Ridha Terhadap perintah orang Tua.
Ridha terhadap perintah orang tua merupakan salah satu bentuk ketaatan kita kepada Allah SWT,karena keridhaan Allah tergantung pada keridhaan orang tua, perintah Allah dalam Q.S. Luqman 31 ayat 14
وَوَصَّيْنَا الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْنًا عَلَىٰ وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ
Artinya : “ Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam Keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.Q.S. Luqman :14
Bahkan Rasulullah bersabda : “Keridhaan Allah tergantung keridhaan orang tua, dan murka Allah tergantung murka orang tua”. Begitulah tingginya nilai ridha orang tua dalam kehidupan kita, sehingga untuk mendapatkan keridhaan dari Allah, harus mempersyaratkan adanya keridhaan dari orang tua. Ingatlah kisah Juraij, walaupun beliau ahli ibadah, ia mendapat murka Allah karena ibunya tersinggung ketika ia tidak menghiraukan panggilan ibunya.
d.     Ridha terhadap peraturan dan undang-undang negara
Mentaati peraturan yang belaku merupakan bagian dari ajaran Islam dan merupakan salah satu bentuk ketaatan kepada Allah swt. karena dengan demikian akan menjamin keteraturan dan ketertiban sosial. Mari kita hayati firman Allah dalam Q.S. an-Nisa 4 ayat 59 berikut :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ ۖ فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ ۚ ذَٰلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا
Artinya : “ Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.( Q.S. an-Nisa :59)
Ulil Amri artinya orang-orang yang diberi kewenangan, seperti ulama dan umara (Ulama dan pemerintah). Ulama dengan fatwa dan nasehatnya sedangkan umara dengan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku.
   Termasuk dalam ridha terhadap peraturan dan undang-undang negara adalah ridha terhadap peraturan sekolah, karena dengan sikap demikian, berarti membantu diri sendiri, orang tua, guru dan sekolah dalam mencapai tujuan pendidikan. Dengan demikian mempersiapkan diri menjadi kader bangsa yang tangguh.
E.     Tingkatan Ridha
1.      Ridhâ al-muhsinin
Relanya seseorang kepada hukum Allah, tetapi tingkat ini belum mencapai tingkat rela kepada   kesulitan dan penderitaan.
2.      Ridhâ al-Syuhadai
Kecintaannya kepada Allah tanpa mengharapkan balasan, menyebabkan dia rela terhadap hokum dan terhadap segala sesuatu yang menimpanya.
3.      Ridhâ al-shiddîqîna
Keasyikannya setiap saat menyatu bersama Allah, dan terus berusaha naik pada maqam-maqam selanjutnya, sehingga merasakan kenikmatan bersama Allah apapun yang menimpanya. Ini adalah urusan
al-zauq (perasaan) karena syauq (rindunya) kepada Allah.
4.      Ridhâ al-muqarrabîn
Relanya orang-orang yang sudah kembali dari al-Haq kepada
 al-Khâliq (Allah SWT.)
                                                                                                                                                           



BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Ridha adalah menerima dengan senang hati atas segala yang diberikan Allah swt, baik berupa hukum (peraturan-peraturan) maupun ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan-Nya. Sikap ridha harus ditunjukkan, baik ketika menerima nikmat maupun tatkala ditimpa musibah.
B.     Saran
Untuk membantu kita dalam memahami pengertian Ridho yang sebenarnya harus kita pelajari terlebih dahulu lalu kita terapkan dalam kehidupan kita sehari-hari.









DAFTAR PUSTAKA


Al-Razi, Abi Bakar Ahamad bin Ali, 1335 H, Ahkam Al-Qur’an al-Jassash, Bairut: Dar al-Kitaab al-Arabiy.
Al-Razi, Fahr al-din Muhammad bin Umar bin Husain, 1998, Al-Mahshul fi’Ilmi Tasawuf, Bairut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah.
Al-Mubarak, Muhammad, 1995, Sistem Pemerintahan dalam Perspektif Islam Terjemahan. Firman Harianto, Solo, CV. Pustaka Mantiq.
Rasyid Ridha, Muhammad, t.t., Tafsir Al-Quran al-Karim-Tafsir al-Manar,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar