Jumat, 02 November 2018

KEDUDUKAN WANITA PADA ZAMAN JAHILIYAH


Sebelum islam datang datang, kondisi dan kedudukan wanita bervariasi. Ada yang mengatakan, bahwa dikalangan bangsa Arab terdapat beberapa kepala suku wanita seperti Ummu Aufah, Kindah, dan yang lainnya yang bermukim di Mekah, Madinah, Yaman, dan sebagainya. Mereka semualah yang menentukan setiap kebijakan yang ada, namun jumlah mereka sedikit.
Di zaman Jahiliyah kedudukan wanita tidak ada harganya dimata masyarakat. Mereka dianggap seperti barang yang diperjual-belikan dipasar. Pada zaman itu, laki-laki semaunya bisa menikahi perempuan  manapun yang mereka sukai. Dan juga yang lebih memprihatinkan terdapat dibeberapa kabilah ibu tiri menikah dengan anak tirinya dan saudara kandung menikah dengan sesama saudaranya.

Mengenai tradisi mengubur perempuan  anak secara hidup-hidup, tidak berlaku pada semua suku di Arab. Tradisi tersebut hanya terdapat pada suku Bani Tamim dan Bani Asad. Dua kabilah tersebut menganggap bahwa anak perempuan adalah faktor utama penyebab kemiskinan. Terdapat 2 alasan yang paling substansial yang melatarbekangi kenapa mereka membunuh anak perempuannya. Alasan yang pertama adalah faktor kependudukan. Dimana pasca hancurnya bendungan Ma’arib (Yaman) masyarakat berbondong-bondong  pindah ke Utara termasuk di kota-kota seperti Mekah, Madinah, damaskus, dan sebagainya. Urbanisasi besar-besaran ini sangat berdampat serius pada ekonomi. Oleh sebab itu, anggota keluarga semakin sulit untuk mendapatkan makanan sehingga mereka membunuh anak mereka akibat kemiskinan. (Q.S. Al-Isra’:31).
Selanjutnya alasan kedua adalah perempuan menurut perspektif mereka membawa aib. Apabila terjadi peperangan diantara kedua suku. Dan salah satu suku tersebut memenangkan pertarungan tersebut, maka suku yang kalah akan dirampas alat perangnya. Istri dan anak perempuannya akan diperkosa secara kolektif oleh suku yang menang tdi. Sehingga persepektif suku yang kalah tadi lebih baik anak perempuan mereka dibunuh dari pada nanti akan menjadi santapan suku yang memenagkan peperangan tersebut.

Reverensi   : Muhammad Abdul Karim
Judul Buku : Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar