Menurut
Suparlan
Suhartono, ekonomi tidak cukup dipelajari secara teori saja, melainkan perlu diaplikasikan di dalam perilaku moralitas keseharian dalam
kehidupan tatanan bermasyarakat.
Pengaruh ekonomi kapitalistik di abad ke – 20 ini semakin masif dan padat. Hal ini ditandai dengan semakin masifnya pengaruh filsafat hidup individualis dan materialisme. Perilaku manusia yang semakin hari senakin cendrung tidak mau perduli dengan sesama dan semakin mencari harta dengan cara menghalalkan segala cara dan untuk menimbun kekayaan dengan sebanyak mungkin, tanpa memperhatiakan dan memperhitungkan kondisi masyarakat kelas bawah dan menengah yang taraf pendapatan ekonominya semakin terpuruk. Hal inilah yang mengakibatkan si miskin semakin miskin dan si kaya semakin kaya.
Pengaruh ekonomi kapitalistik di abad ke – 20 ini semakin masif dan padat. Hal ini ditandai dengan semakin masifnya pengaruh filsafat hidup individualis dan materialisme. Perilaku manusia yang semakin hari senakin cendrung tidak mau perduli dengan sesama dan semakin mencari harta dengan cara menghalalkan segala cara dan untuk menimbun kekayaan dengan sebanyak mungkin, tanpa memperhatiakan dan memperhitungkan kondisi masyarakat kelas bawah dan menengah yang taraf pendapatan ekonominya semakin terpuruk. Hal inilah yang mengakibatkan si miskin semakin miskin dan si kaya semakin kaya.
Filsafat
hidup demikian semakin berdiri, karena didukung oleh lahan subur berupa
kepadatan penduduk dunia dan asumsi kekurangan pangan. Hal itulah yang semakin mendorong ekonomi
perdagangan menjadi jalan utama kehidupan masyarakat dunia yang sarat dengan
persaingan baik individal maupun sosial. Moralitas persaingan mendorong sistem
ekonomi kapitalis yang cendrung memonopoli barang-barang produksi, mulai dari
proses produksi sampai sistem mekanisme pasar. Akibatnya
sistem ekonomi perdagangan monopolistik seperti itulah sosialitas dibagi menjadi
2 bagian, yaitu produsen dan
konsumen.
Dengan sugesti dan pengaruh ekonomi kapitalis membuat produsen melakukan
kegiatan produksi menurut karakter monopoli dengan menguasai pasar untuk
memperoleh keuntungan sebesar-besarnya. Dengan memperoleh keuntungan besar tersebut produsen merasakan suatu kebahagian berupa kenikmatan harta yang berlimpah.
Kemudian konsumen
terjebak dengan sikap konsumtif yaitu sebagai pemakai atau penikmat. Konsumen merasakan kebahagian berupa kenikmatan mengonsumsi dan
memakai barang-barang produksi. Dengan
sikap apatis seperti itu, konsumen menjadi semakin terjerat dengan
ketergantungan kepada produsen. Semakin
barang-barang produksi itu memberikan kenikmatan hidup, semakin pula
ketergantungan konsumen kepada produsen. Hubungan tersebut terkesan logis dan
tidak ada kesalahan. Hal tersebut Seakan-akan membuat keadaan saling menguntungkan (simbiosis mutualisme),sehingga mereka terbelenggu dengan nikmat romantika kehidupan sistem ekonomi kapitalis.
Kapitalistik
akan selalu menciptakan
inovasi- inovasi baru untuk tetap menguasai pasar ekonomi. Kapitalistik akan semakin masif selama masyarakat kelas bawah tidak bersatu
untuk melawan ketidakadilan tersebut. Seharunya
kekayaan yang telah diberikan oleh sang pencipta bisa dimanfaatkan dan
digunakan dengan sebaik-baiknya terutama
untuk membantu masyarakat-masyarakat kelas bawah, dan begitu juga sebaliknya sebagai manusia yang
taraf ekonominya masih rendah harus
semakin semangat dan lebih kreatif dalam mencari lapangan pekerjaan dan memandirikan kehidupan sendiri.
Reverensi : Suparlan Suhartono
Buku : Filsafat Pendidikan
Reverensi : Suparlan Suhartono
Buku : Filsafat Pendidikan
bedakan antara tulisan pribadi sama punya LPM wan....
BalasHapus